Tuesday, April 27, 2010

Anoa quarlesi (Anoa pegunungan)

Anoa quarlesi (Anoa pegunungan)/Bubalus quarlesi (Mountain Anoa, Mountain Anoa)


Klasifikasi ilmiah

Domain: Eukaryota - Whittaker & Margulis,1978, Kingdom: Animalia - Linnaeus, 1758 - animals , Subkingdom: Bilateria (Hatschek, 1888) Cavalier-Smith, 1983 , Branch: Deuterostomia - Grobben, 1908, Infrakingdom: Chordonia - (Haeckel, 1874) Cavalier-Smith, 1998 , Phylum: Chordata - Bateson, 1885 - Chordates , Subphylum: Vertebrata - Cuvier, 1812 - Vertebrates , Infraphylum: Gnathostomata - Auct. - Jawed Vertebrates , Superclass: Tetrapoda - Goodrich, 1930, Class: Mammalia - C. Linnaeus, 1758 – Mammals, Subclass: Theriiformes - (Rowe, 1988) M.c. Mckenna & S.k. Bell, 1997, Infraclass: Holotheria - (Wible Et Al., 1995) M.c. Mckenna & S.k. Bell, 1997, Superlegion: Trechnotheria - Mckenna, 1975, Legion: Cladotheria - Mckenna, 1975, Sublegion: Zatheria - Mckenna, 1975 , Infralegion: Tribosphenida - (Mckenna, 1975) M.c. Mckenna & S.k. Bell, 1997, Supercohort: Theria - (Parker & Haswell, 1897) M.c. Mckenna & S.k. Bell, 1997, Cohort: Placentalia - (Owen, 1837) M.c. Mckenna & S.k. Bell, 1997, Magnorder: Epitheria - (Mckenna, 1975) M.c. Mckenna & S.k. Bell, 1997, , Superorder: Preptotheria - (Mckenna, 1975) Mckenna, in Stucky & Mckenna, in Benton, Ed., 1993, Grandorder: Ungulata - (C. Linnaeus, 1766) Mckenna, 1975, Mirorder: Eparctocyona - Mckenna, 1975, Order: Artiodactyla - Owen, 1848 - Even-Toed Ungulates, Suborder: Ruminantia - Scopoli, 1777, Superfamily: Bovoidea - (Gray, 1821) Simpson, 1931, Family: Bovidae - Gray, 1821, Subfamily: Bovinae , Tribe: Bovini, Genus: Bubalus - C.H. Smith in Griffith et al., 1827, Specific name: quarlesi - (Ouwens, 1910), Scientific name: - Bubalus quarlesi (Ouwens, 1910)

Habitat


Bioma: Terrestrial

Sedikit sekali pengetahuan kita mengenai ekologi dan kehidupan Anoa (Burton dkk. 2005). Hewan ini sering kali didapati pada hutan yang rapat yang sangat berbeda dengan habitat sub alpin yang relatif terbuka, dan lebih menyenangi habitat dibawah naungan vegetasi yang rapat.(Foead, 1992; Sugiharta, 1994; G. Semiadi pers.comm. 2006). Anoa pegunungan ini menyenangi tempat dengan air yang cukup, dan jauh dari aktifitas manumur. Seperti halnya kerbau liar, Anoa senang berendam di genangan air yang berlumpur. Hal ini dilakukan kemungkinan untuk mendapatkan mineral yang dibutuhkan dengan cara menjilat (lick) , meskipun juga dilaporkan Anoa sering juga meminum air laut, untuk mendapatkan cukup mineral yang diperlukan pada daerah yang dirasakan kurang mineral. Hewan ini hidup soliter dan pemakan hijauan/dedaunan (browser), tetapi seringng kali merumput di padangan dan memakan tanaman lainnya (Whitten et al.,1987; Foead, 1992). Anoa dapat hidup dipenangkaran sampai berumur 20 – 30 tahun, dengan masak kelamin (sexual maturity) di penangkaran umur 2 – 3 tahun, dan beranak sekali setahun (NRC, 1983; Jahja, 1987), meskipun di habitat alaminya, keadaannya tidak sebaik itu.

Termasuk dalam jenis Bubalus, ada 17 spesies, yaitu:

B. brachyceros · B. bubalis (Asian Buffalo) · B. bubalis arnee · B. bubalis bubalis · B. bubalis fulvus · B. bubalis hosei · B. bubalus · B. depressicornis (Anoa) · B. depressicornis depressicornis · B. mephistopheles (Short-Horned Water Buffalo) · B. mindorensis (Tamarau) · B. palaeindicus · B. palaeokerabau · B. quarlesi (Mountain Anoa) · B. teilhardi · B. wansjocki · B. youngi

Perilaku makan dan vegetasi pakan Anoa

Pujaningsih (2008) menyatakan dalam blognya, bahwa Fadjar (1973) mendapati di tempat penangkarannya di Kebun Binatang Ragunan Jakarta anoa diberi makan rumput, dedaunan dan buah-buahan. Pemberian jenis pakan tersebut berdasarkan informasi dari penduduk asal anoa ditangkap (Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara). Whitten et al. (1987) menginformasikan bahwa anoa mengkonsumsi biji dari tumbuhan Lithocarpus sp, Castanopsis sp dan Leptospermum sp. Para peneliti Jerman yang berkolaborasi dengan peneliti dari Institut Pertanian Bogor dan Universitas Tadulako pada periode tahun 2000-2003 menduga bahwa anoa turut berperan dalam penyebaran spesies tumbuhan tersebut melalui biji yang dimakan tetapi tidak tercerna dan terekskresikan pada proses defekasi anoa.

Penelitian tentang ekologi dan konservasi anoa dataran rendah telah dilakukan oleh Mustari (1996) di Suaka Margasatwa Tanjung Amolengu Sulawesi Tenggara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 33 spesies vegetasi yang diduga dikonsumsi oleh anoa di lokasi tersebut. Bagian vegetasi yang diduga dikonsumsi oleh anoa meliputi dedaunan dan batang tanaman muda, buah-buahan masak dan umbi tanaman.

Winenang (1996) menyatakan bahwa belum banyak penelitian yang dilakukan tentang Perilaku makan dan jenis pakan anoa. Pengamatan langsung yang dilakukan di Taman Nasional Bogani Nani Wartabone Sulawesi Utara menginformasikan dugaan bahwa anoa di habitatnya mengkonsumsi dedaunan dari semak-semak muda, sedangkan di tempat penangkaran beradaptasi dengan pakan berupa rerumputan. Kebutuhan nutrisi anoa di Kebun Binatang Ragunan Jakarta diteliti oleh Mustari (1997) dengan metode penghitungan konsumsi pakan

Analisis komposisi pakan anoa di TNLL Sulawesi Tengah dilakukan oleh Labiro (2001) menggunakan metode pengamatan langsung berdasarkan bekas senggutan, kotoran dan jejak kaki anoa yang terdapat di lokasi vegetasi. Informasi yang diperoleh merekomendasikan bahwa TNLL memiliki potensi cukup besar dalam menyediakan vegetasi pakan untuk anoa. Pada tahun 1992 Foead juga telah mencoba mengidentifikasi jenis pakan alami anoa di Taman Nasional Lore Lindu dengan menggunakan kombinasi pengamatan langsung dan analisis faecal. Tetapi karena terbatasnya referensi sampel epidermis vegetasi maka informasi direkomendasikan sebatas prosentase vegetasi dikotil dan monokotil yang teridentifikasi dikonsumsi oleh anoa.

Mustari (2003b) dalam disertasinya menggunakan metode langsung dan tidak langsung untuk mendapatkan informasi jenis pakan anoa di habitatnya di Suaka Margasatwa Tanjung Peropa dan Tanjung Amolengu Sulawesi Tenggara. Metode langsung dilakukan melalui pengamatan vegetasi di habitat anoa berdasarkan bekas senggutan, kotoran dan jejak kaki anoa, sedangkan metode tidak langsung dengan menganalisis kotoran anoa untuk mengidentifikasi vegetasi yang telah dikonsumsi oleh satwa tersebut. Identifikasi pakan anoa dengan metode pengamatan langsung di Desa Toro wilayah TNLL Sulawesi Tengah dan identifikasi teknologi pengolahan pakan anoa dilakukan oleh Pujaningsih et al. (2005).

Berdasarkan informasi tentang identifikasi pakan anoa di berbagai daerah di pulau Sulawesi dapat diambil kesimpulan sementara bahwa anoa mengkonsumsi pakan dengan kadar protein rendah, kandungan serat kasar tinggi dan kandungan air yang relatif tinggi. Anoa juga mudah diadaptasikan dengan pakan yang terdapat di sekitar satwa tersebut tinggal (in situ maupun ex situ). Meskipun demikian kontinyuitas kualitas dan kuantitas pakan sangat diperlukan anoa untuk menjamin kebutuhan hidup pokok, produksi dan reproduksinya dalam potensinya sebagai satwa budidaya. Didukung oleh informasi yang ada maka penelitian tentang teknologi penyediaan dan pengolahan pakan anoa yang aplikatif perlu dilakukan untuk membantu upaya penyediaan pakan dalam rangka konservasi anoa dan pemanfaatannya sebagai satwa budidaya. Kebutuhan pakan yang tepat dan kontinyu baik kualitas maupun kuantitas bagi anoa akan sangat membantu penampilan fisik dan proses reproduksinya.

Daftar Pustaka:

Pujaningsih, R.I. (2008). Perkembangan Penelitian di bidang vegetasi pakan

alami


Anoa.

http://research-ardhana.blogspot.htm, diakses pada 30

Ju ni 2008

1 comment:

missaci said...

nice blog pak...banyak ilmu yang didapat..mari mampir juga ke http://www.missaci.co.cc