Friday, January 30, 2009

Aktifitas Harian Rusa Jawa (Cervus timorensis) yang Dipelihara di Penangkaran



Aktifitas Harian Rusa Jawa (Cervus timorensis) yang Dipelihara di Penangkaran

Daily Activity of Javan Deer (Cervus timorensis) in Captivity

Deden Ismail,

Universitas Mahasaraswati Denpasar

2008

Intisari

Penelitian aktifitas harian pada beberapa jenis satwa liar di habitat alami sudah banyak dilakukan, tetapi penelitian mengenai aktifitas harian pada Rusa Jawa Cervus timorensis) di penangkaran khususnya pada penangkaran rusa di Indonesia sangat sedikit sekali dilakukan. Hal ini disebabkan karena penangkaran rusa sangat terbatas jumlahnya, selain itu banyak orang yang tidak mengetahui bahwa rusa sudah bisa ditangkarkan sebagai ternak masa depan.

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi aktifitas harian pada Rusa Jawa yang dipelihara di penangkaran dengan manajemen yang berbeda, selain itu juga untuk membandingkan dengan aktifitas harian jenis rusa lainnya di tempat lain.

Penelitian ini dilakukan pada dua lokasi penangkaran yaitu di Penelitian dilakukan pada dua lokasi yaitu: 1) Penangkaran Rusa BKPH (Blok Kesatuan Pemangkuan Hutan) Jonggol, RPH (Resor Pemangkuan Hutan) Cariu, Cariu Kabupaten Bogor dan 2) Penangkaran Rusa Ranca Upas, BKPH Tambak Ruyung Timur, KPH Bandung Selatan, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung

Penelitian ini berlangsung selama 1 (satu tahun) dari bulan November 1999 sampai dengan Oktober 2000, yang meliputi persiapan, penelitian lapang dan analisis data.

Persentase Penggunaan Waktu Aktifitas Harian Rusa Jawa di penangkaran Rusa Cariu dibandingkan Ranca Upas (dalam waktu 12 jam) sebagai berikut: istirahat 41,78% vs 54,19% * (P<0,05); style="">cut and carry): 10,47% vs 1,36% **(P<0,01)>Perbedaan ini disebabkan karena perbedaan manajemen penangkaran pada kedua penangkaran tersebut

PENDAHULUAN

Rusa dikenal sebagai hewan yang memiliki daya adaptasi tinggi terhadap lingkungan. Rusa merupakan grazer yang baik di padang rumput, dan pada areal yang ditumbuhi semak dan hutan, akan bersifat sebagai browser (Hoogerwerf, 1970 dalam Susanto, 1980; Sinclair, 1998). Tingginya daya adaptasi ini ditunjukkan pada habitat buatan seperti di kebun binatang dan di penangkaran dimana rusa dapat hidup dan berkembang biak

Aktifitas harian merupakan semua kegiatan yang biasa dilakukan satwa sehari-hari sejak keluar dari sarang atau tempat bermalam pada pagi hari sampai satwa tersebut masuk kembali ke dalam tempatnya bermalam (Alikodra, 1990). Yang termasuk kedalam aktifitas harian adalah aktifitas mencari makan, mencari perlindungan, aktifitas istirahat, berpindah tempat dan sebagian besar aktifitas lokomotorik lainnya. Aktifitas harian mengikuti ritme harian pada periode aktifnya (Barrett et al., 1986; Alikodra, 1990). Hewan cenderung hidup teratur dari hari ke hari, dan dalam keadaan normal, hewan akan melakukan kegiatan yang sama. Salah satu penyebabnya adalah ritme aktifitas, dan hal ini sebagian besar tidak tergantung pada rangsangan eksternal (Barrett et al., 1986).

Rusa Jawa di habitat aslinya merupakan satwaliar yang aktif pada siang hari, tetapi cepat dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan malam dan akan pergi ke tempat yang terbuka bila aman keadaannya. Rusa tersebut istirahat untuk berjemur pada jam 10.00 sampai jam 11.00 lalu berbaring di tempat yang kering sampai jam 13.30 dan setelah itu mulai makan rumput dan daun-daunan sampai pagi hari. Setelah aktif mencari makan dan beristirahat pada siang hari, rusa bergerak ke tempat tidur antara jam 14.00 sampai jam 16.00 dan rusa yang di padang rumput istirahat antara jam 13.00 – 17.00 lalu bergerak di sekitar padang rumput sampai malam hari antara jam 22.00 (Susanto, 1980). Sedangkan Junaeni (1995) dalam penelitiannya di Pulau Rinca, Taman Nasional Komodo NTT terhadap Rusa Jawa (Cervus timorensis floresiensis), menyatakan bahwa, rusa melakukan aktifitas hariannya dari jam 07.00 sampai jam 15.00 WITA di bagian lereng bukit, kemudian menuju puncak atau lembah, bila situasi tidak aman atau terdapat gangguan. Rusa pada umumnya suka berlari menuju ke lembah untuk menghindar dari musuh atau mencari perlindungan, karena daerah lembah tersebut merupakan hutan musim dengan kondisi vegetasi yang lebih rapat.

Selanjutnya, rusa di habitat aslinya di Pulau Rinca tersebut, aktifitas ingestive dan istirahat merupakan kegiatan yang paling banyak dilakukan oleh anak rusa pada suhu 320C dengan lama aktif masing-masing 192 menit dan 205 menit. Dalam suhu 320C pada siang hari sampai menjelang sore hari dengan kelembaban antara 83 – 86%, rusa lebih aktif menjalankan aktifitasnya. Hal ini diduga bahwa Rusa Jawa di Pulau Rinca tersebut sudah beradaptasi dengan kondisi kering dan panas, sehingga pada suhu tersebut bukanlah merupakan hambatan bagi rusa untuk beraktifitas, meskipun suhu di daerah tersebut dapat mencapai 430C (Junaeni, 1995), sedangkan di Pulau Peucang Taman Nasional Ujung Kulon, antara jam 10.30 – 13.30 sebanyak 68,80% rusa aktif mencari makan (Darnawi, 1994). Sebagai perbandingan Zhang (2000a) dalam penelitiannya terhadap Chinese Water Deer (Hydropotes inermis) di Whipsnade Wild Animal Park Inggris menyatakan bahwa antara jam 06.00 hingga 10.00 dan antara jam 17.00 hingga 21.00 pada musim semi dan musim panas merupakan puncak aktifitas makan rusa tersebut. Kebalikannya, antara jam 11.00 hingga 13.00 merupakan waktu rusa tersebut beristirahat di tempat yang teduh.

Selanjutnya Zhang (2000b) dalam penelitiannya juga terhadap Chinese Water Deer (Hydropotes inermis) menyatakan bahwa kegiatan makan merupakan kegiatan yang tertinggi yaitu sebesar 50,4% dari total waktu aktifitas harian, kemudian disusul dengan istirahat sebesar 37,2% dan kegiatan lainnya seperti berdiri, tingkah laku sosial, berjalan dan auto grooming sebesar 12,4% Hasil yang berbeda diperoleh dari penelitian Craigjead et al., (1973) terhadap Elk (Cervus elaphus canadensis) dengan menggunakan monitor radio selama 24 jam ternyata 46% dari total waktu digunakan untuk istirahat, 44% untuk makan, dan 10% untuk aktifitas lainnya. Adanya perubahan dan perbedaan musim berpengaruh terhadap waktu yang digunakan hewan untuk beraktifitas, ini terjadi karena adanya perubahan kebutuhan energi yang akan berpengaruh terhadap kebutuhan makanan (Morrier dan McNell, 1991; Defler, 1995).

Penelitian aktifitas harian Rusa Jawa yang dipelihara di penangkaran di Indonesia sangat jarang, karena penangkaran rusa di Indonesia sangat sedikit, selain itu karena penelitian tentang aktiftas harian (daily activity) seperti pada penelitian tingkah laku hewan oleh beberapa orang dianggap membosankan.

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi aktifitas harian pada Rusa Jawa yang dipelihara di penangkaran, selain itu juga untuk membandingkan dengan aktifitas harian jenis rusa lainnya di tempat lain

MATERI DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada dua lokasi yaitu:

1) Penangkaran Rusa BKPH (Blok Kesatuan Pemangkuan Hutan) Jonggol, RPH (Resor Pemangkuan Hutan) Cariu, Cariu Kabupaten Bogor dan 2) Penangkaran Rusa Ranca Upas, BKPH Tambak Ruyung Timur, KPH Bandung Selatan, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung

Penelitian ini berlangsung selama 1 (satu tahun) dari bulan November 1999 sampai dengan Oktober 2000, yang meliputi persiapan, penelitian lapang dan analisis data.

Obyek Penelitian

Rusa Jawa yang berada di Penangkaran Rusa BKPH (Blok Kesatuan Pemangkuan Hutan) Jonggol, RPH (Resor Pemangkuan Hutan) Cariu, di Cariu Kabupaten Bogor, dan Penangkaran Rusa Ranca Upas, BKPH Tambak Ruyung Timur, KPH (Kesatuan Pemangkuan Hutan) Bandung Selatan, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah: jam tangan; termometer; higrometer; kamera, untuk membuat foto dan foto slide; tape recorder, untuk merekam suara rusa; videocamera, untuk merekam tingkah laku seksual, makan dan pergerakan rusa; teropong binoculer; stopwatch; tally counter; kantong plastik tempat sampel tanaman makanan rusa Jawa (Cervus timorensis); kalkulator, pita ukur dan penggaris.

Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Kasus dan Penelitian Lapangan (Case Study and Field Research) (Ditjen Dikti, 1982). Berdasarkan sifatnya, maka penelitian ini termasuk Penelitian Eksploratif (Hadi, 1994). Sifat penelitian ini adalah secara mendalam dan tuntas mengamati suatu obyek penelitian

Analisis Data

Untuk analisis presentase penggunaan waktu aktifitas harian Rusa Jawa pada penagkaran Cariu dan Ranca Upas, dilakukan Uji Beda Mean dengan t test dengan SPSS release 11.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Aktifitas Harian Rusa

Aktifitas harian rusa di penangkaran Cariu dan Ranca Upas meliputi kegiatan: ingestive (makan dan minum); shelter seeking (mencari tempat berlindung dan beristirahat); investigatif (penyidikan atau memeriksa lingkungan); allelomimetik (tingkah laku meniru); agonistik (tingkah laku melawan); eliminatif (tingkah laku membuang kotoran); epimeletik (tingkah laku memelihara anaknya); et-epimeletik (tingkah laku minta dipelihara anak kepada induknya); tingkah laku seksual; tingkah laku bermain yaitu aktifitas yang dilakukan oleh anak rusa seperti berkejar-kejaran, saling tanduk menanduk dan melompat-lompat; pergerakan yaitu berpindah dari suatu lokasi menuju ke lokasi lain; dan aktifitas istirahat yaitu diam di bawah pohon atau semak-semak sambil rebahan, memamah biak dan tidur.

Dari aktifitas harian (dalam waktu 24 jam) yang diamati dalam penelitian ini, maka aktifitas harian rusa di Cariu secara umum, dapat dilihat pada Tabel 1, dan di Ranca Upas pada Tabel 2. Dari kedua tabel tersebut, terlihat bahwa aktifitas harian rusa di penangkaran rusa Cariu lebih bervariatif dibandingkan dengan rusa yang dipelihara di penangkaran Ranca Upas. Perbedaan aktifitas harian yang nampak ini, karena aktifitas harian mengikuti ritme harian pada periode aktifnya ( Barrett et al., 1986; Baluran National Park,1995; Alikodra, 1990).

Ritme harian yang berbeda ini disebabkan karena adanya manajemen pemeliharaan yang berbeda, dimana pada penangkaran rusa di Cariu mempunyai manajemen penangkaran yang lebih baik, yaitu dengan adanya interaksi sosial yang lebih baik antara pemelihara dan rusa yang dipelihara di penangkaran tersebut. Selain itu pula, dengan pemberian makanan yang diberikan pemelihara secara teratur, maka tingkah laku ternak rusa yang dipelihara di penangkaran Cariu terutama tingkah laku makan yang merupakan Classical conditioning (condition reflex) menyebabkan aktifitas hariannya lebih teratur.

Rusa di Cariu bergerombol di depan pintu pagar setiap hari, yaitu antara jam 05.30 - 06.00 WIB, jam 11.30 - 12.00 WIB dan jam 15.30 - 16.00 WIB yang merupakan waktu pemberian makan rusa. Pada waktu-waktu tersebut, rusa langsung mendekati pintu pagar dan menunggu pemberian makanan, sambil beristirahat. Tingkah laku yang sama juga dapat dilihat pada rusa yang dipelihara di Ranca Upas, dimana pada saat diberikan makan sore berupa ubi jalar, maka rusa mulai bergerak menuju pintu pagar untuk mulai makan ubi yang diberikan.

Tabel 1. Aktifitas Harian Rusa Jawa (dalam waktu 24 jam) di Penangkaran Cariu

Waktu (WIB)

Kegiatan

03.00 - 05.00

05.00 – 05.30

05.30 – 06.30

06.30 – 07.00

07.00 – 10.00

10.00 – 11.30

11.30 – 12.00

12.00 – 12.30

12.30 – 14.00

14.00 – 16.00

16.00 – 16.30

16.30 – 17.00

17.00 – 18.00

18.00 – 21.00

21.00 – 24.00

24.00 – 03.00

Rusa merumput di pedok

Rusa berpindah dan mencari makan di dekat pintu pagar sambil menunggu makan pagi

Istirahat sambil menunggu di depan pintu pagar kandang

Makan pagi

Merumput di pedok

Istirahat/sembunyi di semak-semak

Menunggu sambil istirahat di depan pintu pagar, menunggu diberi makan siang

Makan siang

Istirahat di bawah pohon dan sebagian di semak-semak

Merumput di pedok

Makan sore

Merumput di pedok

Menuju ke semak-semak di bagian utara kandang untuk istirahat

Rusa istirahat di semak-semak

Rusa istirahat di bagian tengah pedok

Rusa isitirahat dan berpindah di bagian selatan pagar di bawah pohon pinus

Tabel 2. Aktifitas Harian (dalam waktu 24 jam) Rusa Jawa di Penangkaran Ranca

Upas

Waktu (WIB)

Kegiatan

02.00 – 04.00 WIB

04.00 – 11.00 WIB

11.00 – 15.00 WIB

15.00 – 15.30 WIB

15.30 – 18.30 WIB

18.30 – 02.00 WIB

Merumput di pedok

Istirahat di semak-semak

Merumput di pedok

Makan ubi

Merumput di pedok

Istirahat di semak-semak

Terdapat perbedaan antara rusa di Cariu dan di Ranca Upas pada saat tiba waktunya memperoleh makanan yang diberikan pengelola, rusa di Cariu telah lebih siap menunggu dan bergerombol di depan pintu pagar sambil melenguh dan menimbulkan suara yang gaduh. Hal ini disebabkan oleh kebiasaan rusa menerima makanan pada saat tertentu, selain itu juga adanya tingkah laku saling meniru yang akan nampak pada kelompok atau populasi dengan kepadatan populasi yang tinggi. Jadi bila ada seekor rusa yang berteriak untuk menyatakan lapar, maka rusa yang lain akan mengikuti dengan suara yang bersahut-sahutan sehingga bila pengelola terlambat memberi makan sesuai dengan jadwal seperti biasanya, maka akan terjadi kegaduhan.

Di Ranca Upas, tingkah laku untuk menunggu pemberian makan pada jam 15.00 - 16.00 wib tidak nampak jelas seperti halnya di penangkaran rusa Cariu. Dan rusa yang dipelihara tidak sampai menimbulkan suara gaduh dan bergerombol seperti di Cariu. Hal ini antara lain disebabkan karena kepadatan populasi rusa di Ranca Upas jauh lebih rendah dibandingkan dengan di Cariu, sehingga tingkah laku meniru bila ada rusa yang mengeluarkan suara yang menyatakan lapar, tidak segera direspon oleh rusa lainnya. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa rusa di Cariu relatif lebih jinak dan ketergantungan pada pemelihara lebih besar dibandingkan dengan rusa di Ranca Upas

Berdasarkan hasil penelitian di Cariu dan Ranca Upas, dalam waktu 12 jam (dari jam 06.00 hingga 18.00 WIB) persentase penggunaan waktu aktifitas harian (budgets daytime activity) oleh Rusa Jawa pada kedua lokasi penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.

Dari hasil penelitian pada ke dua tempat penangkaran tersebut menunjukkan bahwa kebanyakan dari total waktu yang digunakan oleh Rusa Jawa yang terbesar adalah untuk istirahat, kemudian untuk merumput di pedok, untuk kegiatan lainnya, dan akhirrnya adalah memakan makanan yang diberikan secara cut and carry berupa rumput dan makanan penguat untuk Rusa Jawa di Cariu, dan hanya makanan penguat saja untuk Rusa Jawa di Ranca Upas.

Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Craigjead et al., (1973) terhadap Elk (Cervus elaphus canadensis), dan Junaeni (1995), tetapi berbeda dengan hasil penelitian Zhang (2000b) terhadap Chinese Water Deer di Whipsnade Wild Animal Park Inggris, dimana waktu yang digunakan untuk makan merupakan aktivitas yang terbesar dari total waktu aktifitas hariannya yaitu sebesar 50,4%, berikutnya adalah istirahat 37,2% dan aktifitas lainnya sebesar 12,4%.

Tabel 3. Persentase Penggunaan Waktu Aktifitas Harian Rusa Jawa di Cariu

dan Ranca Upas Dalam Waktu 12 Jam

No

Kegiatan Aktifitas Harian

Persentase dari total waktu yang digunakan

Signifikansi

Cariu

Ranca Upas

1

2

3

4

Istirahat

Merumput di pedok

Memakan makanan yang diberikan (cut and carrry)

Kegiatan lainnya

41,78

26,76

10,47

20,99

54,19

42,94

1,36

1,51

*(P<0,05)

** (P<0,01)

** (P<0,01)

** (P<0,01)

Perbedaan ini kemungkinan besar disebabkan oleh jenis rusa serta perbedaan mengenai perubahan musim pada tempat tersebut. (Morrier dan McNell, 1991; Defler, 1995), selain itu perbedaan ini kemungkinan karena adanya perbedaan manajemen pemeliharaan Rusa Jawa di Cariu dan Ranca Upas, yaitu antara lain adanya pemberian makanan tambahan (makanan penguat) serta cara pemberian makan secara cut and carry pada Rusa Jawa di Cariu yang tidak dilakukan pada Rusa Jawa di Ranca Upas.

Kegiatan mencari perlindungan (shelter seeking) lebih nampak dilakukan kelompok rusa di Cariu, yaitu mencari perlindungan di bawah pohon atau pada tempat perlindungan yang tersedia untuk itu. Rusa lebih banyak berlindung di bawah pohon terutama pada saat menunggu makan pagi, siang atau sore. Pada saat berlindung sering kali kegiatan yang dilakukan adalah grooming yang dilakukan antara induk dengan anak atau antara rusa dewasa dengan rusa dewasa lainnya bahkan antara anak dengan rusa jantan dewasa. Grooming biasanya merupakan kegiatan mencari kutu atau membersihkan kotoran pada badan. Grooming biasanya berlangsung singkat, yaitu antara 1- 5 menit. Pada saat berlindung, tidak terjadi pemisahan kelompok yang jelas pada rusa yang dipelihara pada kedua tempat penelitian, dimana pada saat berlindung di bawah pohon bisa terjadi 3 atau 4 kelompok, dan tiap kelompok dapat terdiri dari semua kelompok umur baik yang jantan maupun betina, walaupun demikian, pada saat berisitrahat, anak yang belum disapih atau masih menyusu, selalu berada dekat induknya. Pada saat berlindung dan beristirahat, tingkah laku sosial selain grooming, juga sit side by side yaitu duduk berdampingan pada jarak yang berdekatan kurang dari 2 m dan tidak melakukan aktifitas makan.

Pada saat beristirahat, selain memamah biak, rusa sering kali tidur. Pada saat tidur, posisi tidur mirip dengan sapi, kambing atau domba, dimana pada saat tidur, badannya dibaringkan pada salah satu sisi, biasanya pada sisi kanan, dan kepala diletakkan dengan dagu diatas tanah pada saat tidur nyenyak. Pada saat tidur tidak nyenyak, walaupun badannya direbahkan, tetapi kepala tetap tegak tidak meletakkan dagu di atas tanah. Walaupun demikian, dalam keadaan tidur, telinga selalu bergerak-gerak dan aktif untuk mendengarkan suara yang ada di sekelilingnya. Daun telinga dapat digerakkan ke segala arah, tanpa menggerakkan kepalanya.

Pada Rusa Jawa yang dipelihara di Ranca Upas, jarang terlihat beristirahat di bawah tempat berlindung (shelter) karena di Ranca Upas tidak terdapat pohon atau shelter yang berada di tengah pedok. Walaupun ada shelter yang terletak di bagian pinggir pagar, tetapi penempatan tempat berlindung tidak tepat, jarang digunakan oleh rusa untuk berlindung, karena letaknya dekat dengan pagar dan dekat jalan yang sering digunakan oleh penduduk atau pengunjung perkemahan. Apalagi rusa yang dipelihara di Ranca Upas terlihat lebih liar dibandingkan dengan rusa di Cariu, sehingga rusa merasa takut untuk berlindung di shelter tersebut. Kebanyakan yang memanfaatkan shelter untuk berlindung adalah rusa yang berasal dari Jakarta yang telah jinak. Untuk berlindung dan beristirahat, rusa di Ranca Upas lebih senang bersembunyi di semak-semak yang terdapat di pedok. Walau demikian kelompok rusa kadang-kadang juga berteduh di bawah shelter, terutama bila terjadi hujan sangat lebat dan berkabut, serta suasana di dekat shelter sepi. Rusa berteduh di bawah shelter umumnya tidak lama, sekitar 5 - 20 menit saja. Hal ini berbeda dengan rusa di Cariu, bila berteduh di bawah shelter bisa mencapai 2 jam.

Perbedaan lamanya waktu berteduh di bawah shelter selain disebabkan tidak adanya shelter di Ranca Upas, juga disebabkan oleh temperatur udara dan kelembaban udara di kedua tempat tersebut yang jauh berbeda, dimana pada temperatur udara yang tinggi dengan kelembaban udara yang rendah seperti di Cariu, rusa relatif lebih sering berteduh (Darnawi, 1994; Takandjandji, 1995; Junaeni, 1995; Takandjandji dan Sinaga, 1997).

Pada Rusa Jawa yang dipelihara di Cariu dan Ranca Upas juga terdapat tingkah laku berkemah (Camping behaviour) yaitu tinggal atau tidur pada tempat ketinggian dalam cuaca dingin dan dekat tempat terlindung atau teduh bila cuaca panas seperti pada domba (Hafez et al., 1969), hal ini juga terjadi pada White-tail Deer (Moen, 1973).

Tingkah laku memeriksa (investigatif) yang terjadi pada rusa pada saat bertemu dengan orang atau hewan lain yang belum dikenal atau merupakan predator. Tingkah laku memeriksa yang dilakukan oleh rusa baik di Cariu maupun di Ranca Upas hampir sama, yaitu rusa berdiri tegak, tanpa bergerak, kepala didongakkan, ekor tidak digerakkan dan ditutupkan ke arah dalam, daun telinganya bergerak-gerak ke arah datangnya pengganggu tanpa menggerakkan kepalanya. Rusa dalam sikap mengawasi ini dapat berdiri tegak hingga 10 menit lamanya. Perbedaan sikap mengawasi antara rusa di Cariu dan Ranca Upas adalah respon rusa terhadap adanya pengganggu yaitu hewan lain atau orang asing yang belum dikenal, pada rusa di Cariu kurang cepat memberikan respon terhadap kehadiran orang asing yang belum dikenal serta hewan lain dibandingkan dengan rusa yang dipelihara di Ranca Upas. Hal ini disebabkan karena rusa di Cariu tidak begitu mudah stres dan lebih jinak dibandingkan dengan rusa di Ranca Upas, dan ini dapat ditunjukkan dengan tingkah laku rusa di Cariu yang tidak cepat berlari bila melihat orang yang tidak dikenal atau gerakan tiba-tiba yang dapat mengejutkan. Perbedaan tingkah laku ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh Flight distance (Jarak Melarikan Diri) yaitu, jarak terdekat antara manusia dengan rusa yang dapat diterima oleh rusa sebelum rusa tersebut lari menghindar. JMD pada rusa di Cariu hanya sekitar 2,5 - 10 m jauh lebih kecil dibandingkan dengan JMD di Ranca Upas 25 - 50 m. JMD ini berpengaruh terhadap respon dari sifat memeriksa (Scott, 1969; Mackay, 1997; Sinclair, 1998)

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari penelitian ini dapat disimpulkan:

1) Pada kedua lokasi penangkaran aktifitas harian (selama 12 jam) yang utama berturut-turut turut adalah: istirahat, merumput di pedok, memakan makanan yang diberikan (secara cut and carry) , dan untuk kegiatan lainnya

2) Aktifitas harian Rusa Jawa di Cariu vs Ranca Upas: a) lama istirahat (nyata), b) merumput di pedok (sangat nyata), c) memakan makan yang diberikan (secara cut and carry) (sangat nyata), dan d)untuk kegiatan lainnya (sangat nyata)

3) Perbedaan ini disebabkan karena perbedaan manajemen penangkaran pada kedua penangkaran tersebut

Dari hasil penelitian ini disarankan untuk dapat dilakukan penelitian lebih lanjut dengan mengamati aktifitas harian rusa selama 24 jam dengan menggunakan peralatan yang lebih canggih seperti penggunaan teropong malam (night vision) sehingga aktifitas rusa pada malam hari dapat diamati dengan lebih jelas dan sempurna

DAFTAR PUSTAKA

Alikodra, H. 1990. Pengelolaan Satwa Liar. Ditjen Dikti, PAU Ilmu Hayat, IPB,

Bogor.

Barrett, J.M., P. Abramoff, A.K. Kumaran, W.F. Millington. 1986. Biology.

Marquette University. Prentice-Hall, Englewood Cliffs, N.J., USA.

Baluran National Park. 1995. Ecotourism site Baluran National Park. Baluran

National Park, Banyuwangi.

Craigjead, J.J., F.C. Craigjead Jr., F.L. Ruff, B.W. O'Gara. 1973. Home ranges

activity Patterns of nonmigratory Elk of the Madison drainage herds as

determined by Biotelemetry. Wildl. Monogr., 33: 1-50

Darnawi. 1994. Pengaruh Tipe Vegetasi Terhadap Pola Perilaku Rusa Jawa

(Cervus Timorensis) di Pulau Peucang, Taman Nasional Ujung Kulon.

Laporan Penelitian. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan. Fakultas

Kehutanan.IPB. Bogor.

Defler, T.R. 1995. The time budget of a group of wild wooly monkeys

(Lagothrix lagotricha. Int. J. Primatology, 16:107-120.

Junaeni, N. 1995. Studi Faktor-faktor Penentu Perilaku Anak Rusa Jawa

(Cervus timorensis floresiensis) di Pulau Rinca, Taman Nasional

Komodo, Nusa Tenggara Timur. Laporan Penelitian, Jurusan Konservasi

Sumberdaya Hutan, Fak. Kehutanan, IPB, Bogor.

Mackay, B. 1997. Deer Farming. The New Rural Industries. A handbook for

Farmers and Investors. Gawler, Australia. P.31-38.

Moen, A.N. 1973. Wildlife Ecology: An Analytical Approach. W.H. Freeman

and Co., San Francisco.

Morrier, A., R. McNell, 1991. Time-activity budget of Wilson and

Semipalmated plovers in a tropical environment. Wilson bulletin, 103:598-620.

Scott, J.P. 1969. Introduction to Animal Behaviour.. In: The Behaviour of

Domestic Animals. E.S.E. Hafez (ed). The Williams & Wilkins Co.

Baltimore, USA. p 31-21.

Sinclair, S. 1998. Deer Farming in Queensland. Rusa Deer Management. DPI

note, Department of Primary Industries Queensland, Brisbane, Australia.

Susanto, M. 1980. Habitat dan Tingkah Laku Rusa di Indonesia. Makalah,

Kursus Pengelolaan Konservasi Lingkungan Angkatan II, Ciawi, Bogor.

Takandjandji, M.1995. Penangkaran Rusa Timor di Oilsonbai dan

Permasalahannya. Balai Penelitian Kehutanan Kupang, Kupang.

Takandjandji, M., M. Sinaga. 1997. Teknik Penangkaran Rusa Timor. Aisuli,

Vol1.Tahun 1997. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan,

Balai Penelitian Kehutanan, Kupang.

Zhang, E. 2000a. Ingestive Behaviour of The Chinese Water Deer. East China

Normal University, Shanghai, PR China. Zool. Research Vol.1,

Feb.21: 88 - 91

Zhang, E. 2000b. Daytime activity budgets of the Chinese water deer.

Mammalia. t. 64 no. 2: 163-172.